Mushroom Beach Bungallow - Pionir Penginapan Di Nusa Lembongan oleh I Made Kester

I Made Kester merupakan salah satu putra asli Lembongan yang jeli menangkap peluang usaha di tengah pertumbuhan pariwisata di Pulau Lembongan. Dirinya menjadi pelopor pengusaha akomodasi di Lembongan. Pria kelahiran 31 Desember 1952 ini tidak hanya mengembangkan Mushroom Beach Bungallow, tetapi juga terdapat Mushroom Garden Villa, Mushroom Bay Villa HUT, dan Lembongan Paradise Cruise. Tentu semua yang dimilikinya itu tidak didapat dengan mudah, melainkan melalui usaha kerja keras dan ketekunan.

Meski ketenaran Pulau Lembongan sebagai destinasi wisata bagi para pelancong baru berkumandang beberapa tahun belakangan ini, Made Kester ternyata telah memulai bisnis di bidang hospitality di pulau itu sejak tahun 1995.

Ia mengawali karirnya di bidang bisnis dengan membangun penginapan kecil yang ia beri nama Mushroom Beach Bungallow. Mushroom dalam Bahasa Indonesia berarti jamur disandangkan sebagai nama usahanya memiliki latar belakang sejarah yang unik. Dinamakan demikian bukan karena di sekitar lokasi usaha tersebut terdapat tanaman jamur. Ketika wisatawan yang datang ke Pulau Lembongan masih cukup sedikit, mereka tertarik dengan sebuah batu yang berbentuk jamur berdiri kokoh di tengah laut di Pantai Bias Tugel. Karena keberadaan batu tersebut maka para wisatawan yang merupakan warga negara asing itu menamai pantai tersebut sebagai Mushroom Beach (pantai jamur, red.). Ketenaran Mushroom Beach menginspirasi Made Kester dalam menamai usaha penginapannya.



Dulunya lahan tempat berdirinya Mushroom Beach Bungallow merupakan ladang yang ditanami jagung maupun tanaman umbi-umbian oleh orangtua Made Kester. Memang orangtuanya bukanlah dari kalangan pengusaha, melainkan orang-orang yang mengandalkan laut dan pantai sebagai sumber mata pencaharian.

Sedari kecil Made Kester telah membantu orangtuanya bertani maupun mencari ikan. Bermodalkan sebuah jukung (perahu tradisional) dengan sebuah layar di tengahnya, Made Kester dengan berani pergi ke tengah laut untuk mencari ikan. Seorang diri ia mendayung perahunya ke tengah lautan sejak pagi-pagi buta. Bila telah berhenti di lokasi yang dirasa tepat, barulah ia berhenti mendayung. Dengan alat pancing sederhana ia memulai usahanya mencari ikan.

Meski perjuangan mencapai lokasi memancing cukup melelahkan namun hasil yang didapat sering kali tidak sesuai harapan. Namun Made Kester tidak pernah menyerah. Terkadang ia bisa mencapai lokasi yang lebih jauh lagi seperti ke  Pantai Kusamba, ke pantai yang ada di Nusa Penida, atau bahkan pernah sampai ke Selat Lombok.

Pengalaman buruk sempat dialami oleh putra pasangan I Made Shinta dan Ni Ketut Menten ini tatkala memancing di perairan Selat Lombok. Layar yang ada di perahunya patah dan membuat perahunya itu terombang-ambing. Berkat pengalaman dan teknik berlayar yang dikuasainya, ia mampu mengatasi permasalahan tersebut. Meskipun diperlukan waktu yang cukup lama bagi dirinya untuk bisa mengarahkan perahunya ke daratan.

Selain berpengalaman sebagai seorang nelayan tradisional, ia juga sering menyelam di tengah laut untuk mendapatkan rumput laut. Untuk pekerjaan yang satu ini, ia sama sekali tidak menggunakan peralatan menyelam pofesional. Hanya bermodalkan kacamata renang, ia menyelami dalamnya lautan hingga kedalaman 7 sampai 8 meter. Setelah menyelam, ia akan mengisi perutnya yang belum terisi sejak pagi dengan sebuah ketupat saja. Hanya itu bekal yang dimilikinya saat itu. Namun Made Kester tetap mensyukuri apa yang dimilikinya saat itu.

Selama bertahun-tahun Made Kester berprofesi sebagai nelayan dan penyelam serta tetap mengelola ladang milik orangtuanya, ia dipercaya menjadi seorang Kepala Desa Lembongan. Kala itu ia telah menikah dan memiliki satu orang putri. Awalnya berat ia rasakan ketika pertama kali mengemban tugasnya sebagai pemimpin Desa Lembongan. Perasaan terbebani itu muncul karena ia merasa latar pendidikannya kuran serta belum pernah berpengalaman dalam hal kepemimpinan. Namun seiring berjalannya waktu ia mampu menjalankan tugasnya dengan baik.

Pada tahun 1995, Made Kester mulai mengembangkan budidaya rumput laut di desa tempatnya memimpin. Langkah pertama yang diambi oleh suami dari Ni Nyoman Karsi ini adalah mencari benih rumpul laut di Nusa Dua lalu membudidayakannya di Desa Lembongan. Setelah berkembang cukup baiik, barulah ia mengajak saudara-saudaranya dan masyarakat lainnya untuk menanam rumput laut. Ternyata hasilnya cukup memuaskan. Bahkan pada akhirnya rumput laut menjadi komoditi utama di pulau tersebut.

Maka mulailah era baru dalam kehidupan masyarakat di Nusa Lembongan manakala satu persatu wisatawan asing datang berkunjung ke pulau tersebut. Kebanyakan wisatawan tersebut datang untuk singgah sebentar saja karena belum banyak penginapan yang ada di pulau tersebut. Melihat kebutuhan yang besar akan akomodasi penginapan, Made Kester menangkap peluang tersebut dengan mendirikan sebuah penginapan kecil berupa Bungallow. Penginapan itu ia bangun di atas bekas lahan pertanian yang dulunya dikelola oleh orangtuanya. Bungallow yang bernama Mushroom Beach Bungallow tersebut awalnya hanya terdiri dari 4 kamar saja. Juga terdapat sebuah restoran di depan penginapan sehingga wisatawan yang menginap tidak perlu repot mencari kebutuhan makanan. Material yang digunakan diperoleh dari lingkungan sekitar seperti bambu dan alang-alang. Sehingga kesan natural tampakm kuat terlihat di Bungallow tersebut.

Seiring perkembangan pariwisata di Nusa Lembongan, maka Mushroom Beach Bungallow pun mengalami kemajuan. Kini jumlah kamar di Bungallow tersebut mencapai 21 kamar. Bangunannya pun tidak hanya berbentuk konvensional, ada pula yang berbentuk seperti bangunan tradisional berupa lumbung padi. Selain itu pada Bungallow tersebut dibangun pula dua kolam renang untuk memfasilitasi pengunjung yang ingin berenang.

Selain sukses mengembangkan Mushroom Beach Bungallow, Made Kester juga mengembangkan sayap bisnisnya dengan membangun Mushroom Garden Villa dan Mushroom Bay Hut. Untuk memanjakan tamunya, Made Kester juga menyediakan layanan spa dan massage bagi mereka yang ingin berelaksasi. Selain itu bagi para tamu yang menyukai wisata bawah laut ia juga memfasilitasi tamu yang ingin menyelam maupun bagi yang sekedar ber-snorkeling ria. Khusus untuk kegiatan tersebut, pengusaha yang memiliki 5 orang anak itu juga menyediakan speed boat untuk mengantarkan wisatawan ke spot-spot menyelam yang indah di sekitar Nusa Lembongan.

Sebagai seorang perintis usaha di bidang pariwisata di Lembongan, Made Kester telah memberikan banyak pengaruh bagi perkembangan perekonomian masyarakat di sekitar pulau tersebut. Jasa akomodasi yang dimilikinya telah membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar. Belum lagi munculnya pengusaha-pengusaha lain yang ingin mendulang kesuksesan serupa secara tidak langsung telah mengubah wajah dari Nusa Lembongan. Made Kester berharap agar nantinya pariwisata yang ada Nusa Lembongan dapat berkembang lebih maju lagi sehingga daerah tersebut tidak kalah dengan destinasi wisata lainnya di Bali.

Post a Comment

0 Comments