Mengolah Peluang Bisnis Bakery Ala Boss Roti CV Pelangi Rex Bali - Ketut Mudita

Balipreneur.com - Tak sulit memang menemukan penjual roti dan kue di Pulau Bali. Dari yang dijajakan di warung kecil hingga terpajang mewah di etalase toko ternama. Dari yang berharga seribu perak hingga yang dibandrol sampai ratusan ribu rupiah. Dalam kompetisi bisnis bakery, pengusaha lokal tidak hanya berlomba dengan sesamanya namun juga mesti bersaing dengan kompetitor dari luar negeri yang datang melalui berbagai merk franchise.

Namun di tengah persaingan tersebut, ada satu nama yang patut diperhitungkan. I Ketut Mudita, pengusaha asli kelahiran Bali muncul sebagai juragan bakery yang selalu mempertahankan kualitasnya. Berkat kerja keras dan keuletannya, ia berhasil mengibarkan bendera CV. Pelangi (Rex’s) sebagai pemasok roti dan kue di berbagai restoran dan hotel ternama di Pulau Dewata.

Aroma menggugah selera senantiasa menyeruak dari sebuah pabrik roti di Jalan Sekar Jepun, Denpasar Timur itu. Puluhan karyawan nampak sibuk, ada yang sedang menguleni adonan dan ada pula yang mengelurkan roti dari oven-oven berukuran besar.

Berbagai jenis kudapan dihasilkan di pabrik roti CV. Pelangi (Rex’s)  tersebut. roti tawar, roti gandum, croissant, kue muffin, tortilla hingga pancake dihasilkan melalui tangan-tangan karyawan yang telah terlatih. Setidaknya 36.000 buah roti maupun kue mampu diproduksi setiap harinya yang dikerjakan sekitar 60 orang karyawan. Tentu tak mengherankan produsen roti tersebut mampu mendulang omzet hingga ratusan juta rupiah.

Ialah Ketut Mudita, seseorang yang berada di balik kesuksesan CV. Pelangi (Rex’s) ini. Menarik, karena pria kelahiran Sangeh, 18 Juli 1949 ini bukanlah jebolan sekolah bakery and pastry. Justru ia hanyalah lulusan dari sekolah menengah atas. Hal ini membuktikan bahwa latar belakang pendidikan bukanlah satu-satunya penentu jalan kehidupan seseorang. Melainkan pengalaman yang akan menuntun kita pada masa depan yang lebih baik.

toko kue denpasar
Ketut Mudita - Owner CV Pelangi Rex

Setelah lulus Sekolah Lanjutan Umum Atas (SLUA) 2 Denpasar pada tahun 1969, Ketut Mudita langsung terjun ke dunia kerja. Pada waktu itu ia diterima bekerja di Bank Pembangunan Daerah (BPD) Bali. Namun hanya satu tahun berselang ia keluar dari pekerjaannya di dunia perbankan. Setelah itu Mudita hendak mencari pengalaman ke pulau seberang tepatnya ke Sulawesi sebagai penjual kayu.

Merantau di tanah yang sangat asing memang tidak mudah. Di tempat itu ia pernah ditantang oleh sekelompok pemuda. Namun berkat sikap rendah hatinya itu ia diterima dengan baik bahkan mendapat cindera mata berupa pedang yang indah.

Pulang dari Sulawesi Mudita bekerja di Sanur Beach Hotel sebagai kepala akunting. Selama hampir 13 tahun ia mendapat pengalaman bekerja di hotel, meski bukan di bagian yang berhubungan langsung dengan para tamu. Namun ia banyak mempelajari bagaimana situasi kerja di industri pariwisata. Dan yang terpenting selain pengalaman, ia juga mendapat cukup banyak relasi selama ia bekerja di tempat tersebut.


Ciptakan Peluang Usaha Sendiri

Setelah berhenti bekerja Sanur Beach Hotel pada tahun 1987, Mudita ingin mencoba serius menjalankan usaha yang telah dirintisnya sejak masih berstatus sebagai karyawan. Pada awalnya ia mulai mencoba usaha untuk memasok ikan bagi beberapa restoran. Untuk memenuhi permintaan pelanggan ia membuat tambak ikan sendiri.

Sayangnya usaha memasok ikan ini hanya bertahan setahun karena ia melihat hasil yang dicapai kurang begitu menguntungkan. Wajar saja, karena Mudita tidak setiap hari mendapatkan pesanan pun hanya di waktu-waktu tertentu saja pesanan baru datang kepadanya.

Selain menjalankan usaha sebagai pemasok ikan, Mudita bekerja di sebuah perusahaan pemasok kue ke berbagai restoran dan hotel. Di sana ia mendapat pengalaman yang sangat berharga Diana ia mulai mengenal dunia bakery. Ia pun memutuskan berhenti sebagai karyawan dan mencoba berbisnis sendiri. Ia mencoba peruntungan dengan menjadi supplier bahan kue.

Ketika permintaan bahan-bahan bakery yang mulai stabil, Mudita melihat peluang di bisnis yang tak jauh dari bidang usaha yang digelutinya yaitu usaha pembuatan roti dan kue. Lantas, Mudita mulai belajar meracik roti dari sejumlah chef hotel yang ia kenal.

Selanjutnya, ia mendalami keterampilan untuk membuat beberapa jenis roti, seperti roti tawar, roti gandum, muffin cake, croissant cake, dan pancake secara otodidak. Jenis-jenis bakery tersebut dipilihnya karena ia memahami produk-produk tersebut yang paling diminati di industri perhotelan. Ya, Mudita memang mengincar restoran dan hotel yang ada di Bali sebagai sasaran penjualan.




Bermodal jaringan relasi di industri perhotelan, Mudita berkeyakinan bisa mengirim roti buatannya ke hotel-hotel di Bali. Namun, kenyataan berkata lain karena hotel dan restoran sudah memiliki pemasok sendiri yang lebih berpengalaman ketimbang Mudita.

Selain itu, wisawatan asing yang berkunjung ke Bali juga tetap menginginkan cita rasa produk bakery seperti dari negeri asal mereka sendiri. Kondisi ini tak membuat  Mudita menyerah. Ia tetap bergerilya untuk datang dan menawarkan produknya ke hotel-hotel di Bali. Senjata andalan Mudita adalah menawarkan harga yang lebih murah dari kompetitornya.



Usaha Mudita akhirnya berbuah manis. Pengelola hotel mulai memesan roti kepada dirinya. Saat awal merintis usaha sekitar tahun 1990 itu, Mudita yang hanya mengolah satu sak tepung terigu yang menghasilkan 200 roti sehari.

Rumahnya di jalan Dahlia ia sulap sebagai pabrik roti kecil. Berkat kegigihan Mudita, bakery Pelangi Rexs makin dikenal oleh pemilik hotel, restoran, dan kafe di Bali. Maklum, selain murah, toko kue ini memiliki cita rasa khas. Croissant buatannya bahkan dipuji wisawatan asal Prancis. Kata mereka, rasanya tak jauh beda dengan yang dibuat di Prancis, daerah asal croissant itu.

Kualitas dan cita rasa produk memang menjadi perhatian Mudita. Tak lupa, suami dari A.A. Istri Netera Ratnawati ini pun mendaftarkan produk Pelangi Rexs untuk memperoleh sertifikat halal.Hal itu dilakukan supaya kue dan roti buatannnya bisa dinikmati semua kalangan, baik wisatawan asing maupun domestik.

Selain itu, Mudita juga terus menambah jejaring koki dan menjalin hubungan baik dengan mereka. Setelah memperoleh langganan tetap dari beberapa hotel, restoran dan kafe, Mudita mendirikan pabrik roti seluas 650 m² di Jalan Sekar Jepun, Denpasar.

Berkat niatnya berinovasi dan mempertahankan kualitas, tercatat ada sekitar 500 restauran, hotel maupun kafe yang menjadi pelanggan setia Bakery Pelangi (Rex’s). Bahkan ayah dari tiga orang anak ini juga mendapat pesanan dari Aerofood Bandara I Ngurah Rai. Ia memasok muffin dan tortilla bagi para penumpang Garuda Indonesia.

Tiap hari Mudita mengirim sekitar 10 karton muffin dan tortilla. Garuda termasuk salah satu pelanggan yang bukan hanya mempertimbangkan produk berdasarkan rasa dan komposisi bahan baku saja, namun hingga kepada kebersihan pabrik dan laporan kesehatan setiap karyawan yang bekerja di pabrik Mudita.

Ketut Mudita pun makin mantap menjalani usaha bakery ini karena permintaan tak mengenal hari libur. Maklum, lantaran fokus melayani kue dan roti untuk  breakfast (sarapan), pabriknya tak pernah berhenti berproduksi meski hanya sehari. Kondisi ini menimbulkan tantangan tersendiri. Supaya roda mesin pabrik tetap berputar tiap hari, membutuh kemampuan manajemen yang baik dan adil, terutama dalam mengatur pembagian tugas dengan para karyawannya.

Post a Comment

0 Comments