Kebaya Modifikasi Bali Jadi Andalan - Desak Made Arisanthi Dewi, S.E

Bagi pecinta fashion kebaya di Pulau Dewata pastilah mengenal rancangan khas busana kebaya dari butik ternama yakni GS Mode. Kebaya dengan detail payet-payet membuat kesan glamour dan mewah menjadi ciri khas keluaran fashion butik yang digawangi perancang busana kawakan bernama Desak Made Arisanthi Dewi, S.E. Maka tak jarang koleksi busana kebaya GS Mode kerap dikenakan para konsumennya untuk momen penting seperti acara pernikahan maupun graduation. Serta sering dikenakan pada event-event besar seperti ajang pemilihan putera-puteri berbakat maupun gelaran besar lainnya.
Sakdek, demikian wanita ini disapa. Ia merupakan salah satu perancang busana sekaligus entrepreneur sukses di Bali yang mempelopori tren kebaya modifikasi. Ia mampu menyulap kesan jadul dan tradisional yang biasa melekat pada kebaya.

Sebelum era milenium 2000, kebaya berkonotosi sebagai busana  yang biasa dikenakan ke pura maupun acara adat Bali lainnya. Namun seiring perkembangan jaman kebaya mulai dikenakan pada acara formal. Melihat adanya gairah yang begitu besar terhadap perkembangan model kebaya di Bali, Sakdek mulai merancang kebaya yang lebih terkesan wearable untuk acara formal. Ia menambahkan detail payet serta pola potongan kebaya dari berbagai corak warna. Modelnya pun dibuat lebih modis dan menarik. Sehingga muncullah nama kebaya modifikasi dalam belantara fashion kebaya di Pulau Dewata.
Untuk bisa menikmati secara visual hasil rancangan Sakdek, konsumen bisa mengunjungi show room sekaligus workshopnya di Jalan Tukad Batanghari XI, Batanghari Residence Kav 1, Denpasar. Show room siap melayani konsumen,  Senin s.d. Sabtu, pukul 08.30 – 18.00. Tidak hanya bisa membeli rancangan yang sudah ada, konsumen pun bisa membuat busana kebaya sesuai selera.

Namun siapa sangka, sebelum adanya showroom maupun workshop seperti sekarang, Sakdek memulai karirnya di bidang fashion dari sepetak kamar kos-kosan. Dengan ramah, perempuan lulusan Universitas Brawijaya Malang ini mau menceritakan kisah perjalanan karirnya.


Jiwa Berwirausaha

Jelang kelulusannya dari mengenyam pendidikan tinggi di Malang, Sakdek hanya memiliki dua pilihan mengenai kelanjutan masa depannya. Antara menjadi dosen atau membuka usaha secara mandiri, itulah yang menjadi harapannya di masa yang akan datang. Benar saja, setelah resmi berstatus sarjana ekonomi, Sakdek kemudian pulang ke Bali untuk melamar sebagai dosen di salah satu perguruan tinggi. Namun impian untuk menjadi pengajar di kampus mesti pupus di tengah proses rekruitment.

Setelah itu Sakdek bekerja di usaha taylor milik saudaranya. Di tempat itulah, Sakdek seperti menemukan dunia yang selama ini ia cari. Istri dari I Putu Sugi Ambara Giri, S.T ini mulai menaruh minat yang besar di bidang jahit-menjahit

Pada awal tahun 2002, muncul niatan dari dalam diri Sakdek untuk membuka usaha secara mandiri. Bermula dari mencari order dari rumah ke rumah, ia kemudian melaksanakan kegiatan menjahitnya di sebuah kamar kos yang ditempatinya dulu. Bermodalkan pengalamannya bekerja di taylor, Sakdek semakin memantapkan diri untuk menggeluti bidang usaha tersebut.



Melihat keseriusan Sakdek memulai bisnis sandangnya itu, adik ibunya yang memberikan pinjaman uang untuk mengontrak tempat. Total modal awal yang ia miliki ketika itu, Rp 20 juta, yang digunkan untuk biaya kontrak toko selama 2 tahun, membeli mesin nasket (lubang kancing), serta alat jahit lainnya dan sedikit renovasi tempat. 

"Walaupun masih baru di bisnis ini, saya selalu mengutamakan kualitas. Kejujuran pun menjadi modal utama saya dalam berusaha. Syukurlah dari pertama kali saya membuka usaha ini sampai detik ini juga, setiap harinya selalu saja ada customer yang datang," ucap Sakdek dengan penuh rasa syukur.


Kebaya Modifikasi Jadi Andalan

Setelah menjalankan usahanya beberapa lama, akhirnya munculah ide untuk membuat desain kebaya modifikasi. Sakdek mengaku pada saat itu belum ada pesaing untuk model kebaya jenis tersebut. Bahkan masih sulit mencari customer yang mau melirik gaya busana seperti tersebut.

Sembari menunggu pesanan, Sakdek yang di awal bisnisnya tidak memiliki karyawan tetap, membuat contoh-contoh kebaya modifikasi. Ia mengambil inspirasi dari berbagai majalah fashion kemudian menuangkan ide-ide yang fresh ke dalam sebuah rancangan busana. Hasilnya adalah sebuah kebaya modern bergaya mewah dengan tambahan payet dan aplikasi bordir berbagai motif. 


Pelan tapi pasti, kebaya modifikasi mulai dilirik sebagai jenis busana yang dikenakan kaum hawa di acara formal. Bahkan kebaya jenis tersebut booming di tahun 2013. Melihat peluang yang demikian besar, Sakdek mulai memfokuskan GS Mode pada kreasi kebaya saja. GS Mode juga lebih banyak mengerjakan kebaya untuk acara pernikahan dan acara khusus lainnya. Kebaya hasil karya ciptanya ia bandrol dengan harga berkisar dari  Rp 850 ribu sampai  Rp  2,5 juta. 

"Pelanggan juga bisa menyesuaikan pesanan dengan budget yang dimilikinya. Saat ini juga sebagian besar yang kami kerjakan adalah custom order. Sedangkan untuk sewa kami hanya menyewakan untuk pengantin saja. Namun, kebaya modifikasi yang ready to wear  juga tetap kami sediakan," ujar ibu dari Ni Putu Dyanti Maheswari Giri dan I Made Devananda Maheswara Giri ini. 


Kini Sakdek telah mampu membuka lapangan pekerjaan bagi orang lain. Dengan total 20 orang karyawan GS Mode, Sakdek sangat terbantu dalam mengerjakan pesanan kebaya yang tak pernah ada surutnya tersebut.

Sebagai pemilik usaha, Sakdek selalu mengutamakan hubungan baik dengan koleganya, termasuk juga dengan para karyawan. Untuk itu, secara rutin Sakdek memberikan tanda mata kepada karyawannya yang telah lama bergabung di usahanya sebagai salah satu bentuk apresiasi kerja para karyawan.

Post a Comment

0 Comments