Two Fat Monks Asian Bistro And Coffee Tawarkan Cita Rasa Khas Asia Tenggara

Tempat makan dengan konsep kafe, bar, maupun bistro kian bermunculan di Denpasar selama kurun waktu satu dekade ke belakang. Kemunculan tempat-tempat tersebut nyatanya disambut meriah oleh masyarakat. Momentum ini tampaknya beriringan dengan perkembangan media sosial dimana masyarakat cenderung membagikan pengalamannya di akun-akun media sosial miliknya tersebut. Termasuk pengalaman dalam bersantap makan. 


Kecenderungan masyarakat urban itulah yang menarik minat seorang Putra Prabawa dalam mendirikan sebuah tempat makan berbentuk bistro dan coffee shop di bilangan Renon. Two Fat Monks Asian Bistro and Coffee, demikian ia memberi nama pada tempat usahanya tersebut. Restoran mungil yang terletak di Jalan Letda Tantular tersebut tampil beda dengan para kompetitornya. Hal ini terlihat dari konsep menu masakan yang diusung, lebih mengarah ke Asian Cuisine, khususnya pada masakan khas Asia Tenggara.

Beberapa menu yang dapat dinikmati di Bistro ini yaitu Roti Canai, Stir Fry Chrispy Pork Belly, Chicken Thai Red Curry, Vietnems Fresh Prawn Spriing Rolls, dan masih banyak lagi menu makanan yang akan membuat penasaran seperti apa rupa dan rasanya. Pilihan minuman di tempat ini juga cukup bervariasi dengan nama-nama menu yang unik. Seperti minuman Banana Bear yaitu campuran pisang, madu, dan yoghurt. Ada pula Dragon Sunrise yakni campuran buah naga, yoghurt, dan orange juice.  




“Kami mendirikan Two Fat Monks ini di lokasi yang strategis, tepatnya di kawasan premium di jantung Kota Denpasar. Sehingga kami pun merancang konsep restoran yang mewah, menu masakan lezat, namun menawarkan harga yang tidak terlalu mahal,” ujar Putra Prabawa.

Diakui Putra bahwa pasar di Kota Denpasar didominasi oleh masyarakat dengan ekonomi kelas menengah. Sehingga memasarkan produk dengan harga yang relatif nyaman di kantong mereka adalah keputusan yang tepat. Namun hal itu tidak membuatnya lantas menyepelekan kualitas makanan yang dijual. Putra Prabawa tetap konsisten mempergunakan bahan makanan yang berkualitas serta concern dalam memperhatikan sanitasi ruang memasak.

Pengunjung yang datang ke Two Fat Monks Asian Bistro and Coffee dapat memilih tempat untuk menyantap makanan mereka, baik di indoor maupun outdoor. Jika ingin memilih bersantap di dalam ruangan, pengunjung akan disambut sofa-sofa yang nyaman dengan desain yang minimalis. Alhasil membuat pengunjung yang datang merasa seperti sedang makan di rumah. Sedangkan bila ingin menikmati sajian kuliner di luar ruangan, pengunjung dapat duduk bersantai secara lesehan. Terdapat bantal-bantal empuk sebagai alas duduk yang mengelilingi sebidang meja kayu. 




Modal Pengalaman

Keberadaan Two Fat Monks ini terbilang cukup baru. Namun Sang Perancang Konsep, Putra Prabawa bukanlah pemain baru dalam kompetisi bisnis kuliner. Sebelumnya, ia sempat mendirikan sebuah kafe bersama saudaranya di Jalan Merdeka Renon. Kafe yang mengusung konsep masakan western itu ternyata mendapat sambutan yang cukup positif. Setelah itu barulah ia dan saudaranya yang lain mencoba peruntungan kembali dengan mendirikan Two Fat Moks Asian Bistro and Coffee.

Meski cukup handal di bidang manajemen restoran, ternyata Putra Prabawa bukanlah sosok yang berlatarbelakang sekolah masak. Ia justru merupakan lulusan Universitas Teknologi Swimburne dengan gelar sebagai master IT. Kepiawaannya dalam mengolah masakan justru didapatnya tatkala berkuliah di luar negeri. Saat itu ia memutuskan untuk bekerja sambilan untuk membiayai kuliahnya pada saat itu. Pria kelahiran Denpasar, 23 Juli 1986 ini mengawali karirnya sebagai tukang cuci perabotan masak di sebuah restoran. Seiring berjalannya waktu, ia pun dipromosikan untuk bekerja di bagian memasak.

“Selama 8 tahun saya bekerja di luar negeri sembari menyelesaikan studi saya sampai ke jenjang S2. Melalui proses selama 8 tahun itu pula saya mendapat banyak pengalaman di bidang hospitality management,” tutur suami dari Ayu Pramudia Dewi tersebut.


Setelah itu Putra kembali ke tanah air dan pulang ke Bali. Ia mengaku sampai di tanah air belum memiliki arah yang pasti hendak melanjutkan karir kemana. Pada tahun 2013 ia sempat mengembangkan usaha produksi dan pejualan kue bersama Sang Adik. Belum memiliki tempat berjualan, tidak membuatnya berputus asa. Putra Prabawa memilih memasarkan produknya lewat jejaring sosial. Ternyata kue-kue jualannya laku di pasaran. Setelah berjalan 1,5 tahun barulah ayah dua anak ini mulai merintis beberapa usaha tempat makan.

Sebagai seorang pengusaha, Putra Prabawa berpendapat bahwa bisnis kuliner di Kota Denpasar akan selalu mendapat tempat di hati masyarakat. “Bahkan akan terus berkembang pesat. Saat ini mulai terlihat berbagai tempat makan yang menawarkan gagasan-gagasan yang unik. Masing-masing restoran memiliki ciri khasnya tersendiri yang belum ada di tempat lain,” kata Putra Prabawa menerangkan.

Post a Comment

0 Comments