Hidangan yang berbahan
dasar daging bebek jamak kita temui di berbagai restoran yang ada di Bali. Dari
sekian banyak rumah makan yang menyajikan masakan bebek, Restoran Bebek Uma
Sari tampil beda dalam menghidangkan menu sajian bebek. Selain cita rasa bumbu
yang khas, masakan bebek di Restoran Uma Sari memiliki tekstur garing di luar
namun lembut di dalam.
Alunan gamelan dari alat musik tradisional rindik” mengalun
merdu, menambah semarak suasana santap di Restoran Bebek Uma Sari. Selain
ditemani alunan musik rindik, para pengunjung juga disuguhkan tampilan panorama
alam yang masih asri di sekitar tempat makan yang berlokasi di Jalan Raya
Singapadu, Banjar Kederi, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar.
Tampak beberapa buah gazebo dari bambu berjejer rapi. Di
sanalah para tamu dipersilahkan untuk menikmati hidangan mereka. Sejauh mata
memandang, terdapat pemandangan hamparan sawah bila dilihat dari gazebo-gazebo
tersebut. Selain itu ada pula bangunan permanen yang menggunakan desain
arsitektur dengan gaya khas Bali yang kental.
“Konsep kami di sini, selain menyajikan makanan yang lezat,
kami juga ingin memberikan pengalaman santap makan yang berbeda kepada para
tamu. Sembari menikmati hidangan para tamu juga dapat menikmati keindahan alam
pedesaan. Sehingga mereka dapat melepas kepenatan, jauh dari hiruk pikuk
perkotaan,” ujar Putu Gede Ekawana, pemilik Bebek Uma Sari.
Menu Andalan
Sesuai namanya, restoran ini menjadikan masakan bebek sebagai
menu unggulan. Restoran ini memiliki beberapa menu bebek, namun yang paling
spesial adalah Menu Bebek Uma Sari. Dalam proses pengolahannya, daging bebek
dilumuri dengan bumbu tradisional Bali dan bumbu lainnya. Kemudian barulah
daging bebek dipanggang terlebih dahulu di dalam oven sebelum digoreng.
“Daging bebek dimasak lewat beberapa tahapan, sehingga
menimbulkan sensasi renyah di luar, namun lembut di dalam. Itulah yang
membedakan hidangan bebek di Uma Sari dengan sajian bebek di resto-resto
lainnya,” kata Putu Gede.
Lanjutnya, jika kebanyakan masakan bebek memiliki tekstur
garing di luar maupun di dalam, maka yang berbeda dari bebek di Uma Sari adalah
daging di dalamnya yang juice. Namun, daging bebek tidak beraroma amis meskipun
aroma tak sedap dari daging bebek dikenal sulit dihilangkan. Hal itu lantaran
bebek di resto tersebut telah melalui proses masak yang tepat.
Hidangan olahan bebek disajikan lengkap dengan nasi putih
yang dibentuk tumpeng, jukut urap, serta sambal goreng hadir di piring yang
sama. Disajikan di wadah berbeda, ada satu mangkuk jukut ares, sambal ulek,
sambel matah, dan acar salak. Satu porsi hidangan yang beragam ini tentunya
akan menyuguhkan beragam rasa dalam sekali santap.
Tidak hanya olahan bebek, Restoran Uma Sari juga menyajikan
hidangan lain. Antara lain Beef Medallion, Crispy Red Snapper, Chicken Breast,
BBQ Pork Ribs, Sesame Fried Chicken Leg, aneka pasta, dan masih banyak menu
khas nusantara lainnya. Uniknya, cara memasak hidangan di restoran tersebut
menggunakan cara masak Asia dan dipadukan dengan penggunaan bumbu tradisional
Bali. Sehingga terbentuklah sebuah gaya masakan yang disebut Asia Fusion.
Kembangkan Agrowisata
Meskipun terbilang sebagai seorang wirausahawan yang sukses,
khususnya di bisnis kuliner, Putu Gede Ekawana tidak meraih keberhasilan dalam
waktu singkat. Perlu perjuangan yang cukup panjang sampai akhirnya ia mampu
menjadi salah satu entrepreneur sukses dari Bali. Sebelum membuka usaha
sendiri, Putu Gede sempat bekerja di hotel Holiday Inn di Kuta selama empat
tahun. Ia bekerja sebagai pramusaji di hotel tersebut. Dari sanalah ia mendapat
banyak wawasan dan pengalaman tentang seluk beluk bisnis restoran.
Selain berkecimpung di bidang kuliner, Putu Gede juga ikut
mengembangkan potensi pariwisata di daerah tempat tinggalnya. Pria kelahiran
Banjar Negari, Desa Singapadu Tengah, Kecamatan Ubud, Gianyar ini berlatar
belakang keluarga petani kopi. Pada tahun 1980an, keluarganya mencoba mengolah
biji kopi secara mandiri. Kemudian hasilnya yang berupa bubuk kopi
didistribusikan ke beberapa tempat tanpa label brand.
Sayangnya, pada tahun 1990, bisnis keluarganya tersebut
sempat mengalami kemunduran. Permintaan terhadap bubuk kopi produksi mereka
kian mengalami kelesuan. Putu Gede mengaku kondisi tersebut sempat membuat
keluarganya khawatir. Namun melalui semangat bekerja keras, pelan-pelan
keluarganya mampu keluar dari zona keterpurukan.
Pada tahun 2011, Putu Gede beserta keluarga kemudian melirik
peluang dari keberadaan kebun kopi warisan leluhur mereka. Kebun kopi tidak
hanya dapat diberdayakan sebagai sumber penghasil komoditi barang, namun juga
dapat dimanfaatkan sebagai destinasi wisata. Mereka pun mulai mengembangkan
bisnis Negari Agrowisata, dimana pertanian dan pariwisata bersinergi secara
padu. Sehingga terbentuklah sebuah wahana aktivitas wisata yang rekreatif
sekaligus edukatif.
“Berkat kekompakan keluarga kami, setelah bahu membahu
bekerja sama membangun usaha dari titik nol akhirnya kami mampu bangkit dari
kegagalan,” ujar ayah dari Putu Agus Jovi Permana tersebut.
Sampai di titik ini, Putu Gede Ekawana masih memiliki beragam
harapan. Salah satunya yaitu keinginan agar bisa mengembangkan bisnis
restorannya. Harapannya ke depan agar area restorannya dapat diperluas sehingga
nantinya dapat menampung pengunjung lebih banyak lagi.
0 Comments