Sekali merengkuh dayung dua atau tiga pulau terlewati. Sekali
membuka payung, I Made Sudariana, S.T. telah mengayomi banyak orang di
sekitarnya. Ya, apa yang telah dilakukan arsitek sekaligus seniman ini telah
membantu orang-orang di desa tempat kelahirannya yakni Desa Melinggih Kelod,
Kecamatan Payangan, Gianyar-Bali. Lewat usaha rafting yang dibangun pada tahun
2007 silam, Sudariana telah mampu memajukan perekonomian warga desanya. Maka tidak salah
keputusannya untuk melabeli usahanya dengan nama Payung Rafting Adventure karena telah meneduhkan kehidupan banyak
orang di sekitarnya.
Banyaknya jumlah sungai beserta anak sungai yang membelah
wilayah-wilayah yang ada di Bali pun menjadi daya tarik sendiri bagi pecinta
olahraga air seperti rafting. Tak heran mulai banyak bermunculan penyedia
layanan wisata rafting yang ada di Bali sehingga kini Bali menjadi salah satu
spot rafting yang layak diperhitungkan.
Sayangnya kebanyakan mereka yang
berkompetisi dalam bisnis rafting ini merupakan orang asing yang pandai melirik
peluang dari olahraga ini. Namun, I Made Sudariana, ST. Tidak gentar untuk
unjuk gigi dalam membesarkan usaha penyedia wisata rafting yang ia beri nama
Payung Rafting Adventure. Sebagai putra daerah Bali ia ingin menepis anggapan
bahwa orang bule lebih unggul dalam
menjalankan bisnis pariwisata ketimbang orang lokal.
Nama Payung sendiri merupakan singkatan dari Payangan-Ayung
dimana Payangan merupakan nama daerah tempat usaha rafting ini dikembangkan. Sudariana berharap usaha miliknya ini bisa menjadi pengayom yang memayungi
kehidupan perekonomian bagi mereka yang ambil andil dalam usaha tersebut.
Para
pemuda di Desa Melinggih Kelod yang awalnya tidak memiliki pekerjaan ia latih
selama tiga bulan untuk menjadi pemandu rafting. Tidak hanya memberikan bekal
pelatihan saja, Sudariana pun menyokong keahlian mereka dengan pemberian
lisensi. Setelah itu para pemuda yang telah mendapatkan lisensi resmi barulah
diberikan pekerjaan.
Sang Arsitek
Sudariana memang memiliki ikatan tersendiri dengan Payangan, yang
lokasinya tak jauh dari Ubud. Payangan bukan hanya tempat kelahirannya 36 tahun
lalu, tepatnya pada tanggal 20 Desember. Payangan juga merupakan sebuah tempat
dimana sejarah masa kecilnya berlalu. Ibunya, Ni Nyoman Sruni merupakan seorang
pedagang buah sementara Sang Ayah, I Made Praja, berprofesi sebagai petani
penggarap.
Tidak hanya menghabiskan waktu membantu orangtua di sawah,
Sudariana juga menyempatkan diri untuk mengembangkan bakat seninya terutama di
bidang seni lukis. Kemampuan melukis yang dimilikinya didapat dari keluarganya
secara turun temurun didukung juga lingkungan sekitar rumahnya yang juga
kebanyakan adalah seniman lukis.
Keahliannya di bidang seni itu pula mengantarkannya masuk ke perguruan tinggi lewat jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana Begitu lulus kuliah, ia langsung diterima bekerja di sebuah
perusahaan yang menangani desain arsitektural untuk berbagai villa. Pekerjaan
itu ia jalani selama lima tahun lamanya.
.
Setelah merasakan berbagai pengalaman bekerja untuk orang
lain, Sudariana akhirnya memutuskan untuk mengelola usaha sendiri. Ia pun
mengundurkan diri dari tempat ia bekerja selama ini dan mulai mengerjakan
berbagai proyek secara mandiri.
Berwirausaha
Suatu hari, Sudariana diajak oleh kawannya untuk mencoba
olahraga rafting. Ajakan itu diterimanya untuk sekedar melepas penat sembari
mencoba hal yang menurutnya baru itu. Selama mengikuti rafting, Sudariana
merasa terpukau oleh pemandangan alam di sekitar tempat rafting itu yang masih
bagian dari desa tempat tinggalnya.
Ia baru menyadari alam Desa Melinggih Kelod
begitu mempesona dan merupakan potensi alam yang sangat menguntungkan. Sayang,
pikir Sudariana, bahwa potensi tersebut justru dimanfaatkan oleh orang luar
desa. Ia bertanya-tanya mengapa tidak ada satu pun orang dari desanya tidak
mencoba peluang ini. Pikiran itu terus berkecamuk terus bahkan hingga ia pulang
ke rumah.
Sejak saat itulah, timbul niatan dalam dirinya untuk memberanikan
diri membangun usaha rafting dengan memanfaatkan sumber daya alam yang telah
tersedia melimpah di desanya. Ia pun mulai mencari tahu bagaimana sistem
pengelolaan bisnis tersebut dan mempersiapkan modal yang diperlukan.
Ia juga
mengutarakan niatannya untuk mengembangkan usaha rafting tersebut kepada para
tetua dan pemimpin di Desa Melinggih Kelod. Idenya pun disetujui dan ia telah
mengantongi ijin untuk membuka usaha tersebut. Tidak susah untuk menemukan
tenaga kerja karena ia mengajak para pemuda di desa tersebut untuk dipekerjakan
setelah diberi pelatihan selama tiga bulan. Hal yang tidak ia lupakan pula
ialah mempersiapkan infrastruktur di sekitar tempat start bermain rafting yaitu
berupa tangga dan jalan setapak yang memadai.
Dengan tekad
dan bulat serta memanjatkan doa kepada Sang Pencipta, akhirnya Sudariana
berhasil membuka usahanya pada tahun 2007. Sebagai langkah awal berpromosi, ia
melakukan launching usahanya dengan
mengundang berbagai orang ternama di Bali termasuk di dalamnya beberapa
kenalannya yang rata-rata merupakan selebriti di Bali. Berkat
publising besar-besaran yang
dilakukan, akhirnya nama usahanya yaitu Payung Rafting Adventure cepat mendapat tempat di hati para pecinta
rafting. Tidak perlu waktu lama untuk membesarkan nama usahanya itu.
Berdayakan Masyarakat Sekitar
Suami
dari Desak Made Santiari ini berupaya mengajak warga di sekitar tempat
tinggalnya untuk bekerja menjadi pembuat perahu karet. Keputusannya itu tidak
hanya menguntungkannya karena kini ia tidak perlu kesulitan untuk mendapat
perahu tersebut.
Apa yang telah ia lakukan secara langsung telah membuka
lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat di sekitarnya. Sesuai namanya, Payung Rafting Adventure telah memayungi kehidupan
masyarakat di sekitar Desa Melinggih Kelod.
Sudariana juga berkeinginan melalui
Payung Rafting Adventure lebih mengharumkan nama Desa Melinggih
Kelod dan Kecamatan Payangan sebagai salah satu tempat wisata air yang layak
untuk dikunjungi. Dengan begitu daerah ini juga tidak kalah pamor dengan daerah
lainnya di Kabupaten Gianyar ini.
Ternyata lewat satu langkah saja, Sudariana
telah berhasil melakukan hal positif bagi tempat kelahirannya. Hal ini patut
diteladani oleh semua orang agar tidak mengejar keuntungan material semata tapi
juga hendaknya memberikan sumbangsih kepada orang lain lewat usaha apapun yang
sedang dijalankan.
0 Comments